Bagi saya, musik Tigapagi adalah anak tangga. Ia membawa saya pada penjelajahan yang lebih jauh tentang Indonesia, tentang kecemasan yang sering kali kita rasakan. Karya-karya mereka, seperti Roekmana's Repertoire dan Rukiah's Suites, tak hanya memotret kegelisahan, tapi juga menyisakan ruang-ruang untuk perenungan. Dari Roekmana's Repertoire, kami merasakan getirnya kehilangan. Saat melompat ke Rukiah's Suites, getaran itu masih terasa, namun bercampur dengan sepi, perlawanan, dan percik api semangat—sesuatu yang "setidaknya" bisa kita selamatkan di tengah tandusnya harapan.
Tepat pada 1 September 2025, ruang-ruang itu menjadi nyata. Tigapagi tidak hanya sekadar tampil, mereka "nongkrong sambil genjrengan" bersama kami di warung kopi Smiljan. Malam yang saya pandu sebagai pembawa acara, (hamdallah) dipenuhi canda, tawa, memori, dan perasaan yang membuncah. Kami tenggelam dalam perbincangan tentang Roekmana's Repertoire, Rukiah's Suites, dan segala ruang yang tersisa dari sepetak di Smiljan Dutchbook dan keluasan hati kami atasnya.
Di tengah situasi Indonesia yang terasa penuh kekacauan saat ini, pesan Tigapagi terasa sangat-sangat relevan. Musik mereka, khususnya dari album terbaru yang terinspirasi dari karya sastrawan Siti Rukiah berjudul Tandus, menyirami kami dengan semangat perlawanan. Ada pesan perlawanan dan ada harapan dari seorang perempuan. Ini adalah semangat yang berharga bagi saya, seorang yang baru di Cirebon dan sedang berusaha mengenal kota baru ini. Pertemuan semalam bukan hanya tentang musik, tetapi juga tentang menemukan relevansi dan makna dalam kondisi kita saat ini.
Dari ruang bernama Roekmana, kita bergeser ke ruang Rukiah, dan akhirnya, ke ruang kita. Ruang satu-satunya yang kita miliki dalam situasi Indonesia seperti sekarang. Setidaknya, hanya itu yang kita punya: kesempatan untuk terus saling menjaga, saling berkabar, dan saling memberi semangat. Banyak cara untuk mewujudkan demokrasi di Indonesia, dan pertemuan musik yang intens antara musisi dan pendengarnya seperti ini adalah salah satunya.
Setelah semua rangkaian kejadian sepekan ini, saya jadi bertanya, apa yang tersisa bagi kita semua, kawan-kawan?
Kesuwun mas Kibo, mas Izhar, mas Septian, mbak Ci, Andika Adi Pratama dan Rivai dan seluruh tim yang bertugas di Musik di Ruang Baca Vol. 1.
No comments:
Post a Comment