Thursday 21 April 2011

Hibah Film

Hibah Internasional, Solusi Buat Bakat-bakat Baru

(“Mereka terasa lebih punya komitmen untuk menyokong pembuat film di seluruh dunia, khususnya pembuat film dari negara berkembang.”)

Oleh Mirza Jaka Suryana
Berita: Selasa, 16 November 2010
Tiga film baru akan diproduksi oleh insan film muda Indonesia. Extraordinary Me/Aku Luar Biasa (Produser: Parama Wirasmo - Cinesurya Production), Postcards From The Zoo (Produser: Meiske TaurisiaBabibuta Film) dan Jalur Selatan (Produser: Paul AgustaKinekuma Pictures). Ketiga film ini mendapat dana hibah dari forum internasional berbeda, yaitu Gotheborg International Film Festival Fund, Hubert Bals Fund dan Asian Cinema Fund.



Selama ini, hibah film memang menjadi satu kanal pengembangan film dan pembuat film di negeri-negeri berkembang, termasuk Indonesia. Para pembuat film muda merasa organisasi-organisasi internasional tersebut punya komitmen yang lebih kuat untuk menyokong para pembuat film muda dibandingkan institusi domestik. Seperti dikatakan Parama Wirasmo, “Mereka terasa lebih punya komitmen untuk menyokong pembuat film di seluruh dunia, khususnya pembuat film dari negara berkembang.”

Hal yang sama dikatakan oleh Paul Agusta ketika ditanya mengenai pencarian dukungan dana dari dalam negeri. “Tidak pernah berhasil. Untuk dalam negeri kami hanya mencari investor atau sponsor,” ujar Paul.

Pencarian sokongan dana dari luar negeri tampaknya memang suatu hal niscaya, sebab kondisi lokal tidak menyediakan ruang untuk eksplorasi dan eksperimen bagi para pembuat film. Hal ini diperburuk dengan pasar lokal yang sudah sangat malas untuk mencari eksperimen tontonan. Akhirnya, tidak ada solusi bagi bakat-bakat baru di bidang film. “Untuk itu, kita harus mencari jalan keluar alternatif. Dan jalan ini disediakan di luar [negeri],” tutur Meiske Taurisia.

Proses pencarian dana tiga film yang akan diproduksi ini sebenarnya cukup mudah. Menurut ketiga produser film, tahap awal pencarian dana sangat sederhana, yaitu berselancar ke dunia maya. Selain itu, mereka juga mendapatkan referensi dari sesama pembuat film yang memiliki sudah pernah mendapatkan hibah. Mereka juga mendapatkan referensi dari teman yang ditemui saat mengunjungi festival film di luar negeri. Setelah tahapan awal itu, barulah proses aplikasi pendanaan ke organisasi-organisasi internasional pun dimulai. Namun satu tips yang cukup menarik datang dari Paul Agusta. Ia mengatakan bahwa sebaiknya sebelum meminta hibah dari luar negeri untuk produksi film, yakinkan mereka bahwa kita sudah memiliki sedikit uang dari investor atau sumber lain. “Organisasi hibah hampir tidak akan pernah mendanai proyek yang dimulai dari dana kosong,” tukas Paul.

Mirza Jaka Suryana


Mirza Jaka Suryana: Lahir di Bandung, 10 Februari 1979 akrab di panggil Jaka adalah penulis lepas dan kontributor www.jurnalfootage.net. Selain menulis, ia juga menerjemahkan dan aktif membuat video.
5 welcome & joy!: Hibah Film Hibah Internasional, Solusi Buat Bakat-bakat Baru (“Mereka terasa lebih punya komitmen untuk menyokong pembuat film di seluruh dunia, khu...

No comments:

< >
Rifqi Mansur Maya adalah seorang kreator audio visual dan hal-hal lintas disiplin seni di antaranya. Dalam blog resmi ini, kamu bisa melihat beragam arsip karya yang dikerjakan Rifqi Mansur Maya. Mari bekerjasama...