Thursday 21 April 2011

USMAR ISMAIL - Biodata

Usmar Ismail lahir di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, 20 Maret 1921. Menempuh pendidikan di HIS, MULO B, AMS-A II sampai tahun 1941. Ia meraih Sarjana Muda jurusan filem di UCLA (University Of California di Los Angeles), 1953. Karirnya dimulai dari bidang kesenian sebagai penyair. Pada masa pendudukan Jepang ia menjadi Wakil Kepala Bagian Drama di Pusat Kebudayaan. Di situ dia melakukan langkah-langkah pembaharuan di bidang sandiwara. Bersama kakaknya, Dr. Abu Hanifah dan para seniman serta intelektual dan seniman muda masa itu, seperti Cornel Simanjuntak dan lain-lain. Ia mendirikan perkumpulan sandiwara Maya yang para pemainnya antara lain Rosihan Anwar dan H.B. Jassin yang memainkan karya drama Usmar sendiri. Karya puisinya dikumpulkan dalam Puntung Berasap dan naskah sandiwaranya Dalam Sedih dan Gembira.

Pada masa revolusi ia menjadi tentara dengan pangkat Mayor dan tinggal Yogyakarta. Di situ menjadi pimpinan harian Patriot dan majalah Arena. Ia juga menjabat sebagai ketua Badan Musyawarah Kebudayaan Indonesia, Serikat Artis Sandiwara dan PWI (Persatuan Wartawan Indonesia). Tahun 1948, ketika ia melaksanakan tugas jurnalistik meliput perundingan Belanda-RI di Jakarta, ia ditangkap Belanda karena Belanda tahu dia adalah juga Mayor tentara. Sempat membatu Andjar Asmara yang membuatnya mulai terlibat kegiatan yang diminatinya yaitu filem. Dalam lingkungan studio Belanda saat revolusi, Usmar membuat dua filem, Harta Karun danTjitra. Saat penyerahan kedaulatan Indonesa dari Belanda, Usmar memutuskan berhenti dari tentara. Lalu, pada Maret 1950 ia mendirikan PERFINI. Produksi pertamanya adalah Darah dan Doa (1950). Hari pertama syuting Darah dan Doa ditetapkan sebagai Hari Filem Nasional oleh Dewan Film Nasional sejak tahun 1962. filem Usmar Darah dan Doa (1950) dan Enam Djam di Yogya (1951) mendapat tanggapan yang baik dari kritisi dan dunia kesenian. Pada tahun 1952 Usmar mendapat beasiswa dari Yayasan Rockefeller untuk belajar filem di Amerika. Kemudia ia memproduksi Kafedo (1953) dan Krisis (1953). filem Lewat Djam Malam (1954) mendapat sukses besar. Filem ini dibuat berdasar cerita/skenario Asrul Sani. Kemudian mendapatkan penghargaan dari FFA untuk filemnya Tamu Agung (1955) sebagai filem komedi terbaik. Prinsip memperhatikan mutu yang dipertahankan Usmar pada produksi-produksi yang dibuatnya akhirnya membawa PERFINI kepada kebangkrutan. Tahun 1957 kompleks studio filemnya diambil alih bank. Untuk menolong kondisi perusahaannya itu ia terpaksa membuat beberapa filem hiburan, Tiga Dara (1956) yang sukses komersial, Delapan Pendjuru Angin (1957) dan Asmara Dara (1958). Akibatnya Usmar mendapat serangan habis-habisan oleh kalangan komunis sebagai penghianat dan agen Amerika. Padahal sampai sekarang pun filem Tiga Dara masih enak di saksikan sebagai filem hiburan yang segar. Filem berikutnya Pedjoang (1960) berhasil meraih penghargaan dari Festival Filem Internasional Moskow tahun 1961 untuk peran utama, yang dimainkan oleh Bambang Hermanto. Sejak Usmar terjun ke filem, segera ia menonjol sebagai tokoh, berdua dengan tokoh produser Djamaluddin Malik, dikenal sebagai dwi tunggal perfileman nasional. Pada tahun 1962 ia bersama Asrul Sani membidani lahirnya LESBUMI (Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia) dalam tubuh Nahdatul Ulama (NU) dan ia menjadi ketua umumnya. Karena NU merupakan kekuatan politik yang penting saat itu, maka kalangan kiri tidak bisa gegabah lagi menyerang Usmar. Pada tahun 1966–1969 Usmar duduk di DPR-RI mewakili NU. Filem terakhirnya Ananda (1970). Ia meninggal pada tanggal 2 Januari 1971 karena stroke. (Sumber: Sinematek Indonesia).
5 welcome & joy!: USMAR ISMAIL - Biodata Usmar Ismail lahir di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, 20 Maret 1921. Menempuh pendidikan di HIS, MULO B, AMS-A II sampai tahun 1941. Ia me...

No comments:

< >
Rifqi Mansur Maya adalah seorang kreator audio visual dan hal-hal lintas disiplin seni di antaranya. Dalam blog resmi ini, kamu bisa melihat beragam arsip karya yang dikerjakan Rifqi Mansur Maya. Mari bekerjasama...