16032014 | jakarta
bangun siang, makan, bajaj, tanya alamat, ngitung duit, buka maps, dan jalan kaki. itu yang kami lakukan beberapa hari di sini untuk menemukan yang kami cari. "bang, kalo ke barito berapa?", "20, yaak. jauh soalnya kalo dari sini.", "yaudah, deh..."
kami mengunjungi pameran 'reimagine' - anggun priambodo. model jalan baru dengan respon mengejutkan dari setiap seniman yang diajak berkolaborasi. berangkat dari film panjang pertamanya, Rocket Rain (2012-2013) yang ia sutradarai hingga ke 'reimagine'.
Kami sudah sampai di venue kedua, ARTE 2014. Selain tertarik karena pertunjukan musik dan filmnya (selalu begitu, hee....), saya pribadi sangat tertarik dengan tawaran tema ARTE yang masuk ke gelaran keduanya setelah pertama kali digelar pada tahun 2013 lalu. Tema kali ini adalah 'regenerasi', melihat dikotomi tua-muda yang banyak (melulu) friksi ketika sudah turun pada praktik kesenimanan atau pengkaryaannya (ngutip dari katalog, hee...) menarik kami untuk datang. Memang benar, beberapa karya yang dihadirkan yang begitu dekat dengan keseharian kita, di sekitar kita seperti instagram, hobi, dan dunia maya yang selalu tidak pernah lepas dari tangan kita. Juga ada yang melihat dengan bijak bagaimana orang tua (generasi tua) menurunkan atau rela berkorban dengan anaknya (generasi sekarang). Hal itu dapat dilihat dari seniman undangan The Popoh. Owh, lupa bahwa tagline dari ARTE sekarang adalah 'celebrating art of today'.
Disela-sela itu semua, kami tetap pada tujuan awal yaitu mencari galeri. Tetiba, saya melihat Diki (Mahardhika Yudha, Forum Lenteng) melintas. Singkat, langsung saya cegat dengan sedikit basa-basi lalu mengajaknya ngobrol sebentar. Ia menyarankan untuk kami selalu menawarkan dan berusaha untuk potensi mana yang masuk ke dalam program, bebetapa list target berkembang sesuai dengan latar belakangnya masing-masing.
Kami lelah, saya membaca beberapa lembar katalog ARTE lalu tidur dan berusaha berdo'a untuk bangun pagi untuk melanjutkan ke target selanjutnya.
No comments:
Post a Comment